Kamis, 01 Maret 2012

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DIBERIKANNYA MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN


BAB I
PENDAHULUAN
 

1.1  Latar Belakang
ASI adalah satu – satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga usia 6 bulan. ASI merupakan makanan bernutrisi dan berenergi tinggi. Pada bulan – bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare, sindrom kematian tiba-tiba pada bayi dan infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. (1)
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4 bulan.(2)
1
 
Pada saat seorang bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan dicapai usia tertentu dimana ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada bayi dengan jumlah yang didapatkan dari ASI.(3)  Biasanya bayi siap untuk makan makanan padat baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6 – 9 bulan.(1) Pada usia ini otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna berbagai makanan. Memulai pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat, keduanya tidak diinginkan.(3)
Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan: diantaranya diare , konstipasi dan lain – lain.(1) Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) sebelum bayi berusia 6 bulan menyebabkan ASI kurang dikonsumsi, sehingga zat- zat kekebalan yang diperoleh dari ASI menjadi sedikit. Hal ini menyebabkan bayi rentan terkena infeksi. Cara menyiapkan makanan bayi yang kurang bersih memungkinkan timbulnya infeksi seperti diare. (4)
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu, ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 4 - 6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya. (5)
Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI (Air Susu Ibu).(3)
Pada usia empat bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia empat bulan. Karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare. (6)
Satu yang paling baru adalah dari WHO, yakni Global Strategy on Infant Young Child Feeding yang secara khusus menyebutkan kebijakan pemberian ASI bagi bayi sampai usia enam bulan dan mulai pemberian makanan pendamping ASI yang memadai pada usia enam bulan. Dan pemberian ASI yang diteruskan hingaa anak berusia dua tahun atau lebih. Meski demikian perkembangan pelaksanaan dilapangan menunjukkan banyaknya pelanggaran yang merenggut hak bayi atas ASI eksklusif enam bulan tersebut yaitu dengan menjejali bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI, sehingga ketika akan disusui oleh ibunya si bayi menolak. (7)
Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI ) menunjukkan pada tahun 1997 dan tahun 2002 perilaku pemberian ASI di Indonesia bayinya sebesar 96,3% tetapi pada tahun 2002 turun menjadi 95,9%. Pemberia ASI sampai enam bulan pada tahun 1997 yang hanya 42,4% terus menurun hingga 39,5% pada tahun 2002. Selain itu masalah yang sangat memprihatinkan adalah meningkatkan makanan pendamping ASI (susu formula) pada tahun 2002, 32% dibanding tahun 1997 yang hanya 10%. (7)
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. (6)
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini para orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak bersangkutan menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa. (6)
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengelohan yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya. (6)
Di daerah Jawa Barat saat ini menunjukkan bahwa pemberian ASI sampai umur enam bulan pada tahun 2002 mencapai 43% di Kabupaten Cirebon pemberian ASI eksklusif tahun 2003 mencapai 37,7% meningkat tipis dari tahun 2002 yang mencapai 32,1% dari jumlah bayi berumur 0-4 bulan. Alokasi pemberian MP-ASI program pengamanan sosial bidang kesehatan di Kabupaten Cirebon sejumlah 3859 bayi dari jumlah bayi GAKIN 3539 bayi. (8)
Cakupan pemberian ASI eksklusif di puskesmas Babakan tahun 2007 sebesar 65,84% dari jumlah bayi umur 0-6 bulan, menurun pada September 2008 sebesar 52,6%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2008 hampir 50% bayi umur 0-6 bulan telah diberikan MP-ASI. 
Menurut Soetjiningsih, pengalaman telah menunjukan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya makanan asi sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Disegi lain promosi yang tidak terkendali dari PASI (Pengganti Air Susu Ibu : Susu Botol : Susu Formula) akan mengubah kesepakatan untuk menyusui sendiri bayinya serta menghambat terlaksananya proses laktasi.(9)
Faktor ibu berdasarkan sosial ekonomim, pendidikan, pekerjaan dan sosial budaya dapat melatarbelakangi pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi. Status sosial ekonomi berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan orang tua yang nantinya berpengaruh terhadap konsumsi energi. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.. (10)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010 yang dilakukan dengan wwancara, diperoleh data bahwa jumlah ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan sebayak 30 orang. Dari 5 orang yang diwawancara, 2 orang mengatakan memberikan MP-ASI dengan alasan sudah kebiasaan mereka memberikan MP-ASI pada bayinya dan 3 orang mengatakan malas memberikan ASI eksklusif karena sibuk dengan pekerjaan dan mengurus anak yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar