BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
ASI adalah satu – satunya makanan dan minuman
yang dibutuhkan oleh bayi hingga usia 6 bulan. ASI merupakan makanan bernutrisi
dan berenergi tinggi. Pada bulan – bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang
paling rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare, sindrom
kematian tiba-tiba pada bayi dan infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis
mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan
pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. (1)
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 –
2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa
pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia (SDM). Modal
dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan
disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama
pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 4 bulan.(2)
|
Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum
sistem pencernaan bayi siap menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat
dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan: diantaranya
diare , konstipasi dan lain – lain.(1) Pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP- ASI) sebelum bayi berusia 6 bulan menyebabkan ASI kurang dikonsumsi,
sehingga zat- zat kekebalan yang diperoleh dari ASI menjadi sedikit. Hal ini
menyebabkan bayi rentan terkena infeksi. Cara menyiapkan makanan bayi yang
kurang bersih memungkinkan timbulnya infeksi seperti diare. (4)
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa
keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan
penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang
lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat.
Selain itu, ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 4 - 6 bulan
memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan
umur bayi dan kemampuan alat cernanya. (5)
Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif,
akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi
kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang
didapatkan dari ASI (Air Susu Ibu).(3)
Pada usia empat
bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia empat bulan. Karena
jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami
gangguan pencernaan atau bisa diare. (6)
Satu yang paling
baru adalah dari WHO, yakni Global Strategy on Infant Young Child Feeding
yang secara khusus menyebutkan kebijakan pemberian ASI bagi bayi sampai usia enam
bulan dan mulai pemberian makanan pendamping ASI yang memadai pada usia enam
bulan. Dan pemberian ASI yang diteruskan hingaa anak berusia dua tahun atau
lebih. Meski demikian perkembangan pelaksanaan dilapangan menunjukkan banyaknya
pelanggaran yang merenggut hak bayi atas ASI eksklusif enam bulan tersebut
yaitu dengan menjejali bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping
ASI, sehingga ketika akan disusui oleh ibunya si bayi menolak. (7)
Survei Demografi
kesehatan Indonesia (SDKI ) menunjukkan pada tahun 1997 dan tahun 2002 perilaku
pemberian ASI di Indonesia bayinya sebesar 96,3% tetapi pada tahun 2002 turun
menjadi 95,9%. Pemberia ASI sampai enam bulan pada tahun 1997 yang hanya 42,4%
terus menurun hingga 39,5% pada tahun 2002. Selain itu masalah yang sangat
memprihatinkan adalah meningkatkan makanan pendamping ASI (susu formula) pada
tahun 2002, 32% dibanding tahun 1997 yang hanya 10%. (7)
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah
untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi
pertambahan berat badan anak. (6)
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan
tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk
menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini para orang tua dianjurkan
untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan
fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian
makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak bersangkutan
menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa. (6)
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai
sifat fisik yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari
segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu
pengelohan yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan
khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein,
energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya. (6)
Di daerah Jawa Barat saat ini menunjukkan bahwa
pemberian ASI sampai umur enam bulan pada tahun 2002 mencapai 43% di Kabupaten
Cirebon pemberian ASI eksklusif tahun 2003 mencapai 37,7% meningkat tipis dari
tahun 2002 yang mencapai 32,1% dari jumlah bayi berumur 0-4 bulan. Alokasi
pemberian MP-ASI program pengamanan sosial bidang kesehatan di Kabupaten
Cirebon sejumlah 3859 bayi dari jumlah bayi GAKIN 3539 bayi. (8)
Cakupan pemberian ASI eksklusif di puskesmas
Babakan tahun 2007 sebesar 65,84% dari jumlah bayi umur 0-6 bulan, menurun pada
September 2008 sebesar 52,6%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2008 hampir 50% bayi umur 0-6 bulan telah diberikan MP-ASI.
Menurut Soetjiningsih, pengalaman telah
menunjukan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta
lestarinya makanan asi sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh
ibu-ibu. Disegi lain promosi yang tidak terkendali dari PASI (Pengganti Air
Susu Ibu : Susu Botol : Susu Formula) akan mengubah kesepakatan untuk menyusui
sendiri bayinya serta menghambat terlaksananya proses laktasi.(9)
Faktor ibu
berdasarkan sosial ekonomim, pendidikan, pekerjaan dan sosial budaya dapat melatarbelakangi
pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi. Status sosial ekonomi berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan
orang tua yang nantinya berpengaruh terhadap konsumsi energi. Pendidikan yang
dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir,
dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil
keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau
hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.. (10)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010 yang dilakukan dengan wwancara, diperoleh
data bahwa jumlah ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan sebayak
30 orang. Dari 5 orang yang diwawancara, 2 orang mengatakan memberikan MP-ASI
dengan alasan sudah kebiasaan mereka memberikan MP-ASI pada bayinya dan 3 orang
mengatakan malas memberikan ASI eksklusif karena sibuk dengan pekerjaan dan
mengurus anak yang lainnya.