Kamis, 01 Maret 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PRETERM


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Tingkat kematian ibu melahirkan di Indonesia tergolong tinggi dan diperkirakan paling tinggi di Asia Tenggara dengan angka rata-rata 307 per 100.000 kelahiran hidup sampai pertengahan November 2007 (Amelia, 2008), itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap 2 jam ada 2 ibu hamil, bersalin dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab 
Data dari World Health Organization (2002) menunjukkan bahwa angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang dikenal dengan fenomena 2/3 yaitu: Pertama fenomena ⅔ kematian bayi (0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (Bayi baru berumur 0-28) hari. Kedua adalah 2/3 kematian masa neonatal dan terjadi pada hari pertama. Berkaitan dengan kematian bayi di Indonesia tahun 2002, bayi 0-28 hari (neonatal) masih terjadi kematian sebanyak 100. 454 bayi berarti 273 neonatal meninggal setiap harinya yang berarti pula bahwa setiap satu juta bayi neonatal meninggal dini. 
1
 
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 1997 angka kejadian persalinan preterm di Indonesia adalah 3%. Dewasa ini Indonesia (2007) memiliki angka kejadian preterm sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran preterm juga bertanggungjawab langsung terhadap 75-79 kematian neonatal yang disebabkan oleh kongenital. 
Persalinan preterm adalah salah satu persalinan yang tidak normal dari segi umur kehamilan, yaitu persalinan yang terjadi pada umur kandungan kurang dari normal yaitu kurang dari 37 minggu atau 259 hari 
Pada umur kehamilan ini perkembangan organ-organ, fungsi-fungsi organ dan sistem-sistem belum sempurna, terutama sistem homoestatis. Kondisi ini menyebabkan bayi prematur memiliki risiko tinggi untuk mengalami kematian atau menjadi sakit dalam masa neonatal.
Persalinan preterm bukan hanya suatu tragedi dalam keluarga atau masalah obstetri/neonatologi saja namun merupakan gambaran kesehatan negara secara umum karena banyak hal terkait di dalammya baik itu masalah budaya dalam pemberian makan terhadap ibu hamil dan masalah sosial ekonomi yang buruk.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan preterm. Dari berbagai literatur dinyatakan bahwa faktor risiko yang menyebabkan persalinan preterm diantaranya usia ibu, sosial ekonomi rendah, abortus berulang, paritas, riwayat persalinan preterm, kehamilan kembar dan Preeklampsia berat.
Semakin muda bayi dilahirkan maka risiko kesakitan semakin meningkat. Mereka yang berhasil melewati masa krisisya sering mengalami kebutaan, tuli, cerebral palsy atau retardasi mental. Umumnya inkubator terbaik bagi perkembangan janin adalah uterus Ibu artinya perkembangan modern sekalipun belum mampu menyamai kemampuan uterus untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan janin. Di samping itu bila bayi lahir prematur, sering kali di perlakukan perawatan di Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama. perawatan yang lama akan mengurangi kesempatan kedekatan antara ibu, bayi dan keluarga juga dalam masalah biaya.
Kejadian persalinan preterm di Indonesia sekitar 19 %, sedangkan kejadian persalinan preterm di BBRSUD Arjawinangun dari bulan Januari s/d  bulan Juni 2008  tercatat sebanyak 92 kasus dari 601 persalinan atau sekitar 15,31 %. (Medical Record BRSUD Arjawinangun, 2008). Ini menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan preterm di Arjawinangun cukup tinggi karena hampir mendekati angka kejadian persalinan preterm di Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar