BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tingkat
kematian ibu melahirkan di Indonesia tergolong tinggi dan diperkirakan paling
tinggi di Asia Tenggara dengan angka rata-rata 307 per 100.000 kelahiran hidup
sampai pertengahan November 2007 (Amelia, 2008), itu berarti setiap tahun ada
13.778 kematian ibu atau setiap 2 jam ada 2 ibu hamil, bersalin dan nifas yang
meninggal karena berbagai penyebab
Data
dari World Health Organization (2002)
menunjukkan bahwa angka yang sangat memprihatinkan terhadap kematian bayi yang
dikenal dengan fenomena 2/3 yaitu: Pertama fenomena ⅔ kematian bayi (0-1 tahun)
terjadi pada masa neonatal (Bayi baru berumur 0-28) hari. Kedua adalah 2/3 kematian
masa neonatal dan terjadi pada hari pertama. Berkaitan dengan kematian bayi di
Indonesia tahun 2002, bayi 0-28 hari (neonatal) masih terjadi kematian sebanyak
100. 454 bayi berarti 273 neonatal meninggal setiap harinya yang berarti pula
bahwa setiap satu juta bayi neonatal meninggal dini.
|
Persalinan
preterm adalah salah satu persalinan yang tidak normal dari segi umur
kehamilan, yaitu persalinan yang terjadi pada umur kandungan kurang dari normal
yaitu kurang dari 37 minggu atau 259 hari
Pada umur kehamilan ini perkembangan organ-organ,
fungsi-fungsi organ dan sistem-sistem belum sempurna, terutama sistem
homoestatis. Kondisi ini menyebabkan bayi prematur memiliki risiko tinggi untuk
mengalami kematian atau menjadi sakit dalam masa neonatal.
Persalinan preterm bukan hanya suatu tragedi dalam
keluarga atau masalah obstetri/neonatologi saja namun merupakan gambaran
kesehatan negara secara umum karena banyak hal terkait di dalammya baik itu
masalah budaya dalam pemberian makan terhadap ibu hamil dan masalah sosial
ekonomi yang buruk.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan
preterm. Dari berbagai literatur dinyatakan bahwa faktor risiko yang menyebabkan
persalinan preterm diantaranya usia ibu, sosial ekonomi rendah, abortus
berulang, paritas, riwayat persalinan preterm, kehamilan kembar dan
Preeklampsia berat.
Semakin muda bayi dilahirkan maka risiko kesakitan
semakin meningkat. Mereka yang berhasil melewati masa krisisya sering mengalami
kebutaan, tuli, cerebral palsy atau
retardasi mental. Umumnya inkubator terbaik bagi perkembangan
janin adalah uterus Ibu artinya perkembangan modern sekalipun belum mampu
menyamai kemampuan uterus untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan janin.
Di samping itu bila bayi lahir prematur, sering kali di perlakukan perawatan di
Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama. perawatan yang lama akan mengurangi
kesempatan kedekatan antara ibu, bayi dan keluarga juga dalam masalah biaya.
Kejadian persalinan preterm di Indonesia sekitar
19 %, sedangkan kejadian persalinan preterm di BBRSUD Arjawinangun dari bulan
Januari s/d bulan Juni 2008 tercatat sebanyak 92 kasus dari 601
persalinan atau sekitar 15,31 %. (Medical Record BRSUD Arjawinangun, 2008). Ini
menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan preterm di Arjawinangun cukup
tinggi karena hampir mendekati angka kejadian persalinan preterm di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar