Kamis, 01 Maret 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Penyakit diabetes merupakan penyakit gangguan metabolisme akibat dari suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin, sehingga menyebabkan pasien diabetes mellitus memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah, selain itu upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam makan merupakan hal penting 
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kualitas hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kondisi ketidakseimbangan status gizi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, yaitu penyakit infeksi pada gizi kurang dan penyakit degeneratif pada gizi lebih, dimana salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus 
Penyakit DM khususnya  tipe II dikenal sebagai ”pembunuh diam-diam” karena perkembangannya bertahap dan komplikasi yang ditimbulkannya sangat berbahaya. Penelitian menunjukan bahwa orang yang didiagnosa terkena DM tipe II, sebenarnya telah dijangkiti penyakit ini sejak 8-12 tahun yang lalu 
Prevalensi penyakit DM di dunia pada tahun 2010 mencapai 125 juta per-tahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun mendatang. Menurut data WHO, dunia kini didiami 171 juta penderita dengan DM dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030 (Bustan, 2007). Sementara prevalensi DM di negara-negara di kawasan Asia Pasifik diperkirakan mencapai 46.903.000 jiwa pada tahun 2000 dan angka ini akan meningkat menjadi 119.541.000 jiwa pada tahun 2030 .
Berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia didapatkan prevalensi DM di Indonesia hingga saat ini sebesar 1,5%-2,3% dari penduduk usia lebih 15 tahun atau dengan kata lain dikatakan prevalensi DM di Indonesia mencapai 8.426.000 yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030. Artinya akan terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun 
Kenaikan prevalensi DM di berbagai daerah yang terutama disebabkan oleh peningkatan kemakmuran, perubahan gaya hidup dan bertambah panjang usia harapan hidup, maka dapat dipahami bila dimasa yang akan datang DM dengan komplikasinya akan berkembang menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Dengan penatalaksanaan yang sesuai, baik secara medis maupun nutrisional, kadar gula darah dan berat badan dapat selalu dikendalikan dan dipertahankan dalam keadaan normal, diharapkan timbulnya komplikasi dan berbagai penyakit menahun tersebut dapat dicegah, paling sedikit dihambat 
Menurut Waspadji, (2007) menyatakan bahwa modalitas utama dalam penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup yang salah satunya dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis. Pasien DM yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang memadai tentang standar diet yang tepat dapat mengaplikasikannya dalam asupan dietnya baik ketika menjalani perawatan di rumah sakit maupun dalam kesehariannya di rumah 
Notoatmodjo, (2007) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan penderita mengenai diabetes mellitus merupakan sarana yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan demikian semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan 
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan meliputi faktor predisposisi (faktor – faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai tradisi), faktor - faktor pemungkin (faktor - faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau  tindakan) dan faktor - faktor penguat (faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku).
Dari hasil studi pendahuluan berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan 10 pasien diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon diperoleh data bahwa 7 pasien mengatakan malas mengikuti anjuran diet atau olahraga dan 3 pasien mengatakan bosan dengan program diet yang dianjurkan. Selain itu, sebagian besar dari mereka mengatakan belum mengerti benar tentang penyakit diabetes mellitus.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter, maka penyuluhan atau konseling bagi penyandang diabetes beserta keluarganya sangat diperlukan 
Upaya yang dilakukan oleh tim diabetes mellitus di RSUD Gunung Jati Cirebon yaitu dengan melakukan pertemuan antara edukator (dokter) dengan pasien yang dilakukan 2 (dua) kali per bulan untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit DM, salah satunya tentang diet.
Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi dari kepatuhan diet pasien diabetes mellitus, karena faktor predisposisi merupakan ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita sakit, yaitu pengetahuan, sikap dan keyakinan pasien terhadap kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar