BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Penyakit diabetes merupakan penyakit
gangguan metabolisme akibat dari suatu defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin, sehingga menyebabkan pasien
diabetes mellitus memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah,
selain itu upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi pada jam makan merupakan hal penting
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat
penting untuk menjaga kualitas hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan
kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kondisi ketidakseimbangan
status gizi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, yaitu penyakit
infeksi pada gizi kurang dan penyakit degeneratif pada gizi lebih, dimana salah
satunya adalah penyakit diabetes mellitus
Penyakit DM khususnya
tipe II dikenal sebagai ”pembunuh diam-diam” karena perkembangannya
bertahap dan komplikasi yang ditimbulkannya sangat berbahaya. Penelitian
menunjukan bahwa orang yang didiagnosa terkena DM tipe II, sebenarnya telah
dijangkiti penyakit ini sejak 8-12 tahun yang lalu
Prevalensi penyakit DM di dunia pada tahun 2010
mencapai 125 juta per-tahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta
dalam 10 tahun mendatang. Menurut data WHO, dunia kini didiami 171 juta
penderita dengan DM dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030 (Bustan,
2007). Sementara prevalensi DM di negara-negara di kawasan Asia Pasifik
diperkirakan mencapai 46.903.000 jiwa pada tahun 2000 dan angka ini akan
meningkat menjadi 119.541.000 jiwa pada tahun 2030 .
Berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia
didapatkan prevalensi DM di Indonesia hingga saat ini sebesar 1,5%-2,3% dari
penduduk usia lebih 15 tahun atau dengan kata lain dikatakan prevalensi DM di
Indonesia mencapai 8.426.000 yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun
2030. Artinya akan terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun
Kenaikan prevalensi DM di berbagai daerah yang
terutama disebabkan oleh peningkatan kemakmuran, perubahan gaya hidup dan
bertambah panjang usia harapan hidup, maka dapat dipahami bila dimasa yang akan
datang DM dengan komplikasinya akan berkembang menjadi salah satu penyebab
utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Dengan
penatalaksanaan yang sesuai, baik secara medis maupun nutrisional, kadar gula
darah dan berat badan dapat selalu dikendalikan dan dipertahankan dalam keadaan
normal, diharapkan timbulnya komplikasi dan berbagai penyakit menahun tersebut
dapat dicegah, paling sedikit dihambat
Menurut Waspadji, (2007) menyatakan bahwa modalitas utama
dalam penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari terapi non farmakologis
yang meliputi perubahan gaya hidup yang
salah satunya
dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis.
Pasien
DM yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang memadai tentang
standar diet yang tepat dapat mengaplikasikannya dalam asupan dietnya baik
ketika menjalani perawatan di rumah sakit maupun dalam kesehariannya di rumah
Notoatmodjo, (2007) mengatakan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau
perilaku seseorang. Pengetahuan penderita mengenai diabetes mellitus merupakan
sarana yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya.
Dengan demikian semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai
penyakitnya, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan
mengapa hal itu diperlukan
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehatan meliputi faktor predisposisi (faktor –
faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai tradisi), faktor
- faktor pemungkin (faktor - faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi
perilaku atau tindakan) dan faktor -
faktor penguat (faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku).
Dari hasil studi pendahuluan berdasarkan wawancara yang
dilakukan peneliti dengan 10 pasien diabetes mellitus di Ruang Rawat Inap RSUD
Gunung Jati Cirebon diperoleh data bahwa 7 pasien mengatakan malas mengikuti
anjuran diet atau olahraga dan 3 pasien mengatakan bosan dengan program diet
yang dianjurkan. Selain itu, sebagian besar dari mereka mengatakan belum mengerti benar
tentang penyakit diabetes mellitus.
Kepatuhan
adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk
yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan,
pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter, maka penyuluhan atau konseling
bagi penyandang diabetes beserta keluarganya sangat diperlukan
Upaya yang dilakukan oleh tim diabetes mellitus di RSUD
Gunung Jati Cirebon yaitu dengan melakukan pertemuan antara edukator (dokter)
dengan pasien yang dilakukan 2 (dua) kali per bulan untuk memberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit DM, salah satunya tentang diet.
Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah faktor predisposisi dari kepatuhan diet pasien diabetes mellitus,
karena faktor predisposisi merupakan ciri-ciri yang telah ada pada individu dan
keluarga sebelum menderita sakit, yaitu pengetahuan, sikap dan keyakinan pasien
terhadap kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar